Skip to content

ANS

Menjadi Manajer Engineer

manajerial, pemula3 min read

"Engineer hanya nurut dengan engineer lain yang lebih jago" - Ans

Itu isi kepala saya saat dulu pertama kali menjadi Engineer. Memulai selayaknya Engineer normal pada umumnya, bukan 10x Engineer, saya memulai dengan diawasi/supervisi "mentor". Mentor formal yang menjadi supervisor atau manajer, maupun informal karena aspek pertemanan dan senioritas. Pernah merasa tidak puas dengan mentor yang didapat, pernah merasa puas, dari situ tersimpulkan isi kepala tersebut. Saya pernah benar-benar bisa belajar banyak dengan mentor yang lebih jago, secara teknis. Lalu pernah pula mendapat supervisi dari orang yang tidak kuat secara teknis, saya merasa tidak banyak belajar. Ternyata saya keliru, dengan tipe kedua itu saya malah belajar lebih banyak. Saya belajar hal apa yang seharusnya tidak akan saya lakukan, dan bisa saya betulkan. Tulisan ini adalah hal-hal utama bagi saya jika ingin menjadi "mentor". Kenapa saya sebut mentor, padahal judul tulisan ini manajer?

Engineer umumnya akan bercabang menjadi 2, satu akan terus menelusuri jalan hidup sebagai kontributor individual dan guru bagi lainnya, kedua akan menjadi manajer dan kapten bagi lainnya. Menjadi manajer pada awal-awal agak mirip menjadi mentor bagi Engineer, lalu berkembang manajer dari manajer, mentor bagi manajer lainnya, hingga manajer bagi satu organisasi besar. Disini manajer juga sebagai guru, tapi tak selamanya guru teknis. Meski hingga kini saya meyakini, jalur teknis harus selalu diasah meskipun sebagai manajer. Bagaimana menjadi manajer?

Manajer itu kesannya sibuk rapat, ngobrol dengan orang, terus tanya sana-sini. Ya itu hal-hal permukaan yang terlihat, tapi garis besarnya sebagai manajer, fungsi utama kamu adalah katalis atau pendobrak bottleneck/hambatan rekan-rekanmu. Kamu harus bisa mengerti kapan sebagai pendobrak teknis, interpersonal atau organisasi. Bagi yang baru memulai manajerial kamu harus mempersiapkan hal-hal ini untuk menjadi manajer:

  • Menjelaskan prinsip dan cara komunikasimu di awal. Orang butuh tahu dengan siapa dia akan bekerja, apa sifatnya dan prinsipnya. Orang pun perlu tahu cara berkomunikasimu seperti apa. Selain itu kamu pun bisa membantu tim dengan memperbaiki cara komunikasi situasional, hampir seluruh masalah itu bukan teknis, tapi komunikasi. Jadi sebagai manajer, kamu harus memastikan tim kamu memiliki identitas prinsip dan cara komunikasi. Karena organisasi itu tergantung pemimpin dan sistem apa yang dibawa pemimpin itu. Coba baca tulisanku di "Masalah Komunikasi"
  • Waktu untuk melakukan One on One (1:1) kepada timmu. One on One ini sebagai media komunikasi formal/informal hal-hal yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Disini kamu harus muncul sebagai teman/senior/rekan yang peduli, tahu kondisi orang-orang secara personal. Apa masalah yang dia hadapi di dalam/luar kantor, perkembangan dia, aspirasi dia. Tunjukkan bahwa kamu peduli, dan benar-benar peduli. Sediakan waktu dan kabari timmu bagaimana untuk meminta 1:1 atau kamu mengajukan 1:1 rutin kepada mereka.
  • Memperbaiki gaya rapatmu, karena manajer pasti harus banyak koordinasi. Pertama, kamu harus tahu bagaimana membuat rapat lebih efektif. Pastikan kamu bisa menjadi fasilitator rapat yang memiliki agenda jelas, batasan waktu, serta mengerti arah alur diskusi. Tentunya kamu tak ingin rapat yang tak ada hasil jelas kan? Kedua, kamu juga harus tahu bagaimana membagi waktu rapat dengan kerjaan personalmu. Membagi "managing dan crafting" time. Hal ini akan membantu kamu selalu tetap produktif dan tak merasa lelah rapat selalu.
  • Menunjukkan kemampuan teknismu, tidak selalu berarti kamu melakukan hal-hal yang luar biasa susahnya. Kamu hanya perlu tahu kapan harus tepat menunjukkan kemampuan teknismu. Kamu bisa memberikan kesempatan bagi timmu untuk menyelesaikan hal menantang dan berdampak bagi timmu, tapi kamu harus memiliki kemampuan monitoring yang bagus. Kamu hanya ambil hal teknis yang tak terlalu repetitif atau yang utama, tapi ini penting secara jangka panjang. Kamu akan selalu terasah kemampuan teknisnya dan mengerti konteks tim kamu, tapi tidak menghambat pertumbuhan tim kamu.
  • Membantu prioritas tim kamu, dengan kamu bisa memberikan tanggapan atau pandangan yang lebih "high overview". Kamu harus bisa mengartikulasikan dan menyampaikan pandangan luas sebuah project dan hubungan serta dampaknya. Sehingga tim kamu juga bisa mengerti konsekuensi dan kepentingannya. Dengan kamu mengerti konteks, kamu pun bisa melihat prioritas pekerjaannya. Coba pelajari Eisenhower Matrix dan fokuskan pada hal-hal penting, entah dikerjakan atau direncanakan dahulu. Selebihnya bisa didelegasikan atau ditunda.

Nanti kapan-kapan saya tulis lebih detail masing-masing dari bagian-bagian itu dari pengalaman saya. Masih ada beberapa hal-hal kecil yang bisa menunjang kemampuan manajerial kamu, tapi kayaknya nanti saja di tulisan-tulisan lainnya :)

Selama kamu jadi manajer, sebisa mungkin kamu menghindari menjadi penyambung lidah saja. manajer yang agak jauh dari aspek teknis biasanya tidak tahu kondisi riil di bawahnya, sehingga hanya mendapat laporan, dan meneruskannya ke mana saja itu dikira bisa membantu. Padahal fungsi utamanya harusnya bisa melihat sisi lain dan memberi value berbeda dari informasi itu. Sebagai manajer pun kamu seharusnya bisa memimpin dengan contoh, itulah kenapa harus menjelaskan prinsip kamu di awal dan jadi pegangan bersama tim atau organisasimu.

Bagi yang baru memulai manajerial, coba pikirkan hal-hal dari pengalaman buruk dengan manajer kamu sebelumnya, tuliskan dan pastikan kamu tahu apa yang perlu diperbaiki. Itu akan menjadi modal awal menjadi manajer yang menurutmu ideal. Bagi yang belum menjadi manajer, tapi ingin, coba cari manajer idealmu atau bilang ke manajermu sekarang tipe manajer idealmu. Kamu akan membutuhkan pengalaman baik dan buruk ini sebagai kumpulan pengetahuanmu ke depan. Ternyata tidak jauh beda kan, mentor itu ada dalam bentuk manajer dan guru teknis, baik ataupun buruk kemampuannya.

Sebagai penutup, kamu jangan merasa sebagai manajer itu adalah bos, dan menyuruh A, B dan C. Lebih tepat menempatkan diri sebagai mentor. Eh tapi ada kalanya kamu harus memakai gaya directing, operating, mentoring dan coaching. Ini nanti buat tulisan lainnya saja lagi ya.